Kisah Kyai Pamungkas: DIGULUNG OMBAK LAUT SELATAN
Gulungan ombak itu menyiram sebagian kapal ikan itu dengan ganasnya. Kejadian yang berlangsung begitu cepat, semuanya sibuk menyelamatkan diri masing-masing, dan tak ada seorang pun yang tahu jika Harjo sudah hilang entah kemana…
Menurut orang-orang tua, tidur berselimutkan tikar adalah perilaku yang tidak baik (pamali-Sunda, orang ilok-Jawa). Bahkan untuk menguatkan agar perilaku itu tidak dilakukan, maka, ada ancaman yang menyatakan, nanti bisa digulung ombak.
Secara logika, sungguh tidak ada kaitannya antara tidur berselimutkan tikar dengan digulung ombak, namun, itulah cara orang-orang tua pada masa lalu dalam mengungkapkan apa yang tidak baik kepada keluarganya. Padahal jika kita mau berpikir secara utuh, kenapa tidur berselimutkan tikar itu dilarang, maka, jawabannya adalah: pada masa itu hingga sekarang, tikar kebanyakan dibuat dari daun pandan yang jika digelar di lantai, tak lama kemudian bakal lembab. Jadi, tidak ada gunanya jika kita tidur berselimutkan tikar. Karena kita tidak mendapatkan kehangatan sama sekali.
Tetapi tak bisa dipungkiri atau hanya sebuah kebetulan, karena seringnya tidur berselimutkan tikar, akhirnya, lelaki paruh baya yang merupakan tulang punggung keluarganya itu harus hilang ditelan ganasnya ombak…
Harjo, sejatinya adalah lelaki yang selalu siap berkorban untuk orang lain dan pekerja keras yang layak untuk diteladani. Betapa tidak, walau kedua anaknya sudah berulangkali memintanya untuk beristirahat dan menikmati hari tuanya di rumah, namun, Harjo tetap bersikeras untuk terus melaut.
“Karena tenaga masih kuat, maka, bapak pantang untuk meminta uang dari anak,” demikian kilahnya tiap istri dan kedua anaknya memintanya untuk berhenti melaut.
Jika sudah begitu, maka, ibu dan kedua anaknya hanya bisa saling pandang sambil menarik napas panjang.
“Bapakmu memang keras,” hanya itu yang terlontar dari mulut sang istri.
Harjo yang mendengar Kata itu hanya bisa tersenyum kecut. Ia enggan untuk menyahut, malas, jika akhirnya bakal timbul pertengkaran yang sebenarnya tak perlu terjadi. Sementara, kedua anaknya hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Mereka sadar, apa yang dilakukan oleh bapaknya tak lebih sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa kasih sayangnya terhadap keluarga kecilnya itu. Agaknya, hidup dan kehidupan sebagai nelayan, membuat keluarga ini tertempa untuk menjadi manusia yang pantang menyerah.
Tak hanya itu, di depan teman-temannya yang biasa melautr bersama, Harjo juga dikenal sebagai sosok yang ringan tangan dan bahkan selalu terkesan mengalah. Terutama kepada Badrun, lelaki tambun yang agak manja itu. Boleh dikata. tiap melaut, sebagian makanannya pasti diberikan kepada Badrun yang selalu merasa kurang kenyang, tak cukup sampai di situ, bahkan, ia rela tidur berselimutkan tikar pandan usang jika temannya yang satu ini terus menerus mengeluh kedinginan.
Berulangkali teman-temannya mengingatkan Harjo untuk tidak tidur berselimutkan tikar, tetapi, lelaki ini hanya tersenyum sambil berkata: “Kalau saya pakai sarung dan Badrun terus menggerutu kedinginan, nanti, kita semua tidak ada yang bisa istirahat.”
Yang lain pun hanya terdiam. Dalam hati, mereka benar-benar jengkel melihat ulah Badrun yang seolah dengan sengaja selalu membuat Harjo harus terus mengalah. Tetapi apa daya, Badrun seolah tak pernah mau untuk berubah. Ia selalu berkilah,
“Kalau aku membawa sarung atau selimut, di rumah, anak-anakku yang masih kecil pasti kedinginan.”
Jika sudah begini, biasanya Samsul langsung menyergah: “Kata orang-orang tua, tidur berselimut tikar itu tidak baik. Nanti bisa digulung ombak!”
Mendengar itu, semuanya langsung terdiam dan saling tatap dengan pandangan harap-harap cemas.
“Sudah jangan dibahas,” kata Harjo sambil berjalan meninggalkan temantemannya yang masih menggerutu karena ulah Badrun.
Hari terus berlalu. Hingga suatu ketika, seperti biasa, sebelum berangkat, setelah memeriksa segala perlengkapan ia pun meminta kepada seluruh ABK untuk berdoa bersama. Usai itu, kembali sang juru mudi mengingatkan: “Sekali ini, mohon semuanya berhati-hati, gelombang sedang pasang. Mudah-mudahan, dalam pelayaran ini, kita bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.”
“Aamiiiin,” demikian do’a seluruh ABK secara bersamaan.
Tak lama kemudian, perlahan, kapal pun meninggalkan bibir pantai. Beberapa waktu kemudian, sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah hamparan air seolah tak bertepi.
Entah kenapa, dalam pelayaran sekali ini Harjo tak tampak seperti biasanya. Selain murung, ia juga tampak gelisah. Ketika Samsul menanyakan hal itu, Harjo tidak menjawab. la hanya mengangkat bahu dan menjauh.
Pelayaran sekali ini membuahkan hasil yang baik. Dalam waktu 3 hari, kapal sudah hampir penuh dengan pelbagai jenis ikan. Melihat hal itu, juru mudi pun langsung memutuskan untuk segera kembali.
“Mudah-mudahan, kekurangannya bisa tertutupi dalam perjalanan pulang.”
“Aamiiiin,” demikian kata seluruh ABK dengan penuh semangat.
Semuanya tampak menguarkan senyum kepuasan. Mereka berharap, selain hasil jerih payahnya dapat menutup segala utang, sisanya juga dapat dipakai untuk membeli pelbagai kebutuhan lainnya.
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, demikian kata pepatah. Malam itu, tiba-tiba, udara berubah demikian mendadak. Bintang gemintang yang semula bariyak bertabur di langit, hilang tersaput awan tebal. Tak lama kemudian, hujan yang demikian lebat disertai dengan angin yang menderu menghantam perahu mereka.
Tak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya berpegangan dan berdoa. Sekali waktu, ombak datang bergulung hingga menyiram sebagian kapal. Kepanikan pun mulai terjadi. Semuanya sibuk menyelematkan diri masing-masing…
Beruntung, peristiwa itu tak berlangsung lama. Ketika keadaan mulai tenang, juru mudi. memerintahkan untuk memeriksa keadaan. Pada waktu itulah, baru mereka sadar, ternyata, Harjo tak lagi berada di tengah-tengah mereka.
“Jo… Harjo… Harjo…” demikian teriak Samsul diikuti dengan yang lainnya.
“Periksa seluruh ruangan dan anjungan,” demikian teriak juru mudi.
Walau telah seluruh bagian kapal, namun, Harjo tak juga diketemukan. Dengan wajah pucat, akhirnya, semua menyatakan Harjo hilang akibat ditelan ombak yang tadi menggulung sebagian badan kapal. Tak ada sepatah katapun yang terlontar dari mulut mereka. Semuanya hanyut dalam iamunannya masing-masing, hingga akhirnya, sang juru mudi berkata, “Kini Harjo tak lagi bersama dengan kita. Untuk itu, marilah kita berdoa, agar ia selamat.”
“Amiiiiin,” demikian kata mereka lirih.
Juru mudi coba mengitari daerah terjadinya badai sampai tiga kali, tetapi apa daya, Harjo tak juga diketemukan. Akhirnya, mereka memutuskan untuk segera kembali mengingat persediaan bahan bakar yang mulai menipis.
Di pantai, semua sudah menunggu. Juragan kapal, tengkulak ikan dan keluarga langsung menghambur ketika melihat kapal mulai merapat. Sang juru mudi langsung mendatangi juragan Kapal sambil berkata:
“Walau tangkapannya memuaskan, tapi, kita kehilangan ABK yang rajin, pendiam, dan ringan tangan.”
“Yah… kita serahkan semua kepada Allah. Semoga Harjo mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya,” kata juragan kapal dengan Jirih, “jangan lupa, berikan haknya,” tambahnya mengingatkan.
Ketika keluarga Harjo diberitahu, salah seorang tetangganya pun berkata, “Jangan-jangan karena Kang Harjo sering tidur berselimutkan tikar.”
Semua yang mendengar tergugu. Tapi, semuanya terpulang kepada pribadi masimgmasing dalam menyikapinya. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: dukun.asia
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)