Kisah Kyai Pamungkas: PESUGIHAN KAIN KAFAN
Bungkus orang mati itu terus-menerus mengeluarkan segala kebutuhan Ruslan. Setiap malam Selasa Kliwon, ia tinggal mengambil jatah. Tapi musibah terjadi karena Ruslan lalai dengan pesan sang kafan…
Ruslan terkejut bukan kepalang. Ketika ia menghindari kejaran warga yang tengah memburunya, tanpa terasa saat itu Ruslan telah berada di tengah area pekuburan tua. Seluruh batu nisan yang berjajar rapi, tampak ditumbuhi oleh semak belukar serta lumut yang cukup tebal. Ruslan tetap tak perduli. Di tengah kegelapan malam, lelaki yang mempunyai empat orang anak, yang dituduh telah mencuri sepeda motor itu terus berlari kencang menghindari amukan warga.
Sialnya, ketika sedang berlari kencang, tiba-tiba kakinya terantuk sebuah batu nisan. Ruslan jatuh tersungkur. Sambil menahan sakit ia menoleh ke belakang. Aneh, beberapa orang lelaki bersenjata tajam yang tadi memburunya, tak berani masuk ke areal makam itu. Mereka hanya saling berbisik dari luar tembok, seakan tahu bahwa di hadapannya terdapat areal pekuburan tua. Lampu-lampu senter terus menyala di luar tembok pekuburan. Sorotnya tak bisa menembus ke dalam areal makam yang penuh dengan pohon dan semak belukar.
Ruslan merasa lega saat orang-orang yang memburunya gagal melintasi pagar. Akan tetapi, kekagetan Ruslan muncul saat melihat pemandangan aneh di hadapannya. Batu nisan yang baru saja terinjak oleh kakinya langsung ambrol. Anehnya, di dalam lobang itu langsung terlihat kain kafan yang berisi mayat. Melihat keanehan itu, Ruslan segera menarik kakinya yang terperosok. Dasar sial, di dalam lobang kuburan itu seakan ada sebuah tangan yang menariknya masuk ke dalam. Makin lama, tarikan itu semakin kuat. Meski kewalahan, Ruslan tetap tak berani berteriak, karena orang-orang yang memburunya masih berada di luar pagar pekuburan.
Saat kakinya terbenam sebatas pangkal paha, ujung jari kaki lelaki itu. menyentuh sesuatu. Rupanya, kaki Ruslan telah menyentuh sebuah kafan kusam yang telah usang. “Hati Ruslan sedikit lega karena tarikan dari dalam lubang kubur itu sudah berhenti. Perlahan-lahan Ruslan mengangkat kembali kakinya ke permukaan. Bau busuk langsung menyeruak dari dalam lubang. Ketika berada di atas tanah kuburan tersebut, Ruslan melihat lembaran kain kafan tua tadi melilit kakinya. Dengan perasaan ngeri sekaligus jijik, Ruslan berusaha melepas lilitan kafan itu. Namun. keanehan kembali terjadi. Kain kusam itu seakan tak ingin lepas dari kakinya. Bahkan, seolah bernyawa kain kafan itu makin menguatkan Ilitannya. Sudah dicoba beberapa kali, tapi selalu gagal.
“Edan! Kain kafan kok bisa aneh begini!” geram Ruslan, pasrah.
Di tengah kepanikan, tiba-tiba muncul suara dari dalam lubang kuburan, “Aku ingin ikut denganmu, Kang!” Mendengar suara ini, Ruslan terkejut bukan kepalang. Setelah diamatinya, ternyata suara itu berasal dari dalam lubang bagian kepala.
Keringat dingin membasahi tubuh Ruslan yang gemetar menahan rasa takut. Tapi akhirnya Ruslan dapat memaklumi, bahwa sesuatu yang berbau mistik telah menyentuh dirinya. Lelaki yang berkerja sebagai penarik becak ini melangkah pulang dengan kaki terbalut kain kafan.
“Rawat aku baik-baik, Kang. Suatu hari nanti, kau akan memetik hasilnya,” suara dari lubang kuburan itu kembali bergema.
“Baiklah!” jawab Ruslan sekenanya.
Peristiwa di luar dugaan muncul ketika Ruslan tiba di rumah. Tanpa sengaja, lilitan kain kafan itu terlepas dengan sendirinya. Ruslan merasa lega. Karena lelah yang tak terkira, kain kafan itu ditaruh begitu saja di kamar mandi. Ruslan segera bergegas menuju kamarnya. Dalam sekejap, lelaki itu telah terlena oleh mimpinya.
Di dalam mimpi, Ruslan bertemu dengan sosok wanita tua. Rambut wanita itu seluruhnya telah memutih. Kulitnya keriput dan langkahnya sudah tertatih-tatih. Tangan wanita tua itu terus berpegangan pada sebuah tongkat emas berkepala naga. Meski nada suaranya serak dan terbata-bata, tapi Ruslan bisa mendengarnya dengan jelas. Ia diminta menyimpan kain kafan itu di bawah pohon asam yang ada di belakang rumahnya. Caranya, kain kafan ditaruh di bagian atas lobang tersebut.
“Nanti, pada setiap tengah malam Selasa Kliwon, kau ambil apa saja yang ada di lubang itu!” pesan si nenek, sesaat sebelum lenyap dari pandangan Ruslan.
Memang benar apa yang telah dikatakan si nenek dalam mimpinya. Setelah kafan itu ditanam di bawah pohon asam seperti pesan si nenek, semua itu kini terbukti. Setiap tengah malam. Selasa Kliwon, Rusian merogohkan tangannya ke dalam lubang kafan. Ada saja yang keluar dari lubang itu. Kadang berbentuk kepingan emas, permata, atau bahkan yang lebih sering lembaran uang seratusan ribu. Saat itu Ruslan benar-benar bersyukur dengan nasibnya. Setelah mengeluarkan harta, lubang situ selalu mengeluarkan pesan agar sebagian harta itu untuk fakir miskin Dan sebagaimana biasa, Ruslan selalu mengangguk takjim.
Kini, dalam tempo tak terlalu lama, kehidupan keluarga Ruslan berubah total. Sebuah mobil sedan Baby Benz telah bertengger di garasi rumahnya yang mewah. Beberapa ekor sapi telah berjajar di kandang miliknya. Sapi-sapi itu diserahkan pada orang-orang kampung untuk dikelola. Dan setiap malam Selasa Kliwon, Ruslan selalu mendatangi pohon asam di belakang rumahnya guna mengambil jatah seperti biasa, setelah menerima beberapa harta benda, Ruslan mengangguk tanda setuju dengan pesan sedekah kepada fakir miskin.
Ibarat kata pepatah, jika seseorang minum air di lautan, semakin banyak minum akan semakin haus. Tampaknya begitulah yang terjadi pada diri Ruslan. Ketika hartanya semakin melimpah ruah, rasa takusnya sernakin menjadi. Apa saja bidang usaha yang ada di desanya ia kuasai. Dari penggilingan padi, ternak sapi, ayam, sampai penyewaan uang beranak alias rentenir Lama-lama nama Rusian makin akrab dengan sebutan seorang rentenir yang suka mencekik leher rakyat miskin.
Ruslan benar-benar lupa dengan amanat si nenek tua, yang menyuruhnya untuk menyisihkan sebagian dari hartanya pada fakir miskin Dengan entengnya, lelaki setengah baya itu mengacuhkan setiap orang yang minta sedekah padanya. Bahkan tak jarang Ruslan menghardik cukup pedas bila fakir miskin yang minta sedekah itu tampak muda.
Hingga suatu hari, seorang nenek yang cukup renta mendatanginya meminta sedekah. Kala itu menjelang Selasa Kliwon. Nenek yang datang dengan memakai baju kumal itu mengaku belum makan selama tiga hari. Nenek renta tersebut terus memaksa Ruslan agar sudi memberinya makanan. Tapi sayangnya, kaki bekas pengemudi becak itu keburu menghampiri pipi nenek peot tersebut Tak pelak lagi, tubuh nenek tua itu terpelanting ke tanah. Ruslan heran bukan kepalang begitu melihat sorot mata nenek itu. Bayangannya langsung tertuju akan masa lalunya semasa dirinya hidup sengsara.
“Oh, nenek itu…!” gumamnya berat sesaat sebelum nenek itu menghilang. Para rekan Rusian keheranan ketika mendengar sahabatnya menyesali kepergian nenek tua itu.
Ruslan keluar rumah untuk mencari nenek tersebut. Tapi sampai pintu gerbang depan, wanita berambut putih itu tak berhasil ditemukan. Beberapa satpam yang menjaga pintu rumahnya mengaku tak tahu-menahu dengan kedatangan nenek tua, seperti yang telah dikatakan sang majikan. Bahkan saat itu pintu gerbang rumah masih tertutup rapat.
Ruslan benar-benar menyesali perbuatannya. Ia sadar dirinya telah lalai. Karenannya, ia akan meminta maaf lebih dulu sebelum mengambil jatah dari kain kafan di bawah pohon asam.
Namun, yang terjadi kemudian sama sekali di luar dugaannya. Saat Ruslan sampai di tempat biasa ia mengambil jatah rejeki, pohon itu telah tumbang. Begitu pula dengan bekas lubang yang biasa ia gunakan untuk mengambil harta benda, kini telah tertutup. Sekarang tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Ruslan. la hanya menangis pilu sambil terus memohon ampun atas kelalaian yang telah ia perbuat.
“Rupanya, kamu belum mampu kutitipi harta, Rusian!” terdengar suara bergema di pohon asam.
Hati Rusian semakin hancur saat isterinya datang sambil menangis pilu. Menurut sang isteri, rumah dan seluruh Isinya musnah terbakar. Begitu pula dengan beberapa ekor sapi dan ternak lainnya, lenyap disikat segerombolan perampok. Hancur sudah semuanya. Tak ada lagi yang tersisa. Di tengah isak tangisnya, Ruslan menyadari bahwa penyesalannya tak berarti lagi. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: dukun.asia
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)