Kisah Kyai Pamjngkas:
MASUK ISTANA KERAJAAN GAIB DI SAMUDRA HINDIASebagai anggota tim evakuasi korban kecelakaan laut, banyak hal yang kualami dalam tugas sosial itu. Tapi ada peristiwa yang paling menegangkan dan tak terlupakan sepanjang hayat, kecuali saat aku terjebak dalam kerajaan Jin di Pulau Siluman di tengah Samudra Hindia…
Begitu terpilih dalam misi pencarian korban kecelakaan kapal Zenden Qielle yang tenggelam di perairan Samudra Hindia, Nirma langsung mengurut dada. Komandan SAR Kolonel Simson Simatupang yang perposko di Pulau Gillisaja ngotot menunjuk perempuan berkulit hitam, jangkung dan agak tomboy itu. Perempuan yang dimaksud adalah aku.
Mulanya aku berusaha mengelak. Tapi Simson Simatupang tidak memberi kesempatan pada aku, yang saat itu masih aktif kuliah di Fakultas Hukum Universitas Mataram semester tiga, untuk berkelit sedikitpun.
“Ini perintah dan perintah ini mutlak harus dilaksanakan. Menolak, akan terkena sangsi! Pecat dari keanggotaan TIM!” ancam Simson,
Aku melirik pada John Haroni, teman kompiku di Batalyon 013 Nusa Tua. John terpilih pula dalam misi itu bahkan menjadi pemimpin operasi di lapangan. John mempunyai pengalaman berharga dan terpuji saat menyelamatkan korban kapal Bone-Bone milik usahawan Makasar yang tenggelam di tempat yang sama. Kapal Bone-Bone itu menyelundupkan tenaga kerja asal Madura dan Jawa ke Darwin dan tenggelam di seberang Tanjung Liongsong, Sumbawa Besar.
Sementara aku, belum punya pengalaman sama sekali. Jangankan menyelamatkan korban kapal tenggelam di perairan besar, di sungai kecil pun aku belum pernah ikut tim. Tapi hari itu anehnya, aku terpilih dalam tim. Tapi kata John, aku dipilih karena otak cerdasku dan juga karena faktor fisiknya yang kuat, cekatan dan kelakilakian. Sementara anggota andalan, Andrew Pulungan, sedang ditugaskan ke Irak sebagai anggota tim Palang merah International, UNHCR.
“Orang hanya melihat fisikku. Mereka tahunya aku ini wanita kelaki-lakian. Padahal nyaliku sama dengan wanita kebanyakan, aku takut juga mengarung Samudra Hindia yang begitu luas! Aku takut ikan hiu dan hantu laut yang ganas!” batinku.
John segera meremas tangan kananku dengan lembut. Dengan berbisik, John meminta aku tenang. Batinku yang gelisah dan beku, tiba-tiba mencair dan dengan cepat berubah. Paling tidak, rasa takut yang menggantung, beralih menjadi keberanian yang tanggung. Tapi aku harus berani dan melakukan tugas itu dengan ihlas.
“Jangan takut, kan ada Abang bersama Dinda. Pokoknya kita harus dapat mengevakuasi korban hingga ke lepian Gilisara, oke?” bisik John.
Mendengar ucapan lirih Bang John, Aku hanya bisa mengangguk, walau batinku diselimuti sejuta keraguan. Bang John memang teman baik selama terlibat didalam tim. Ketika ada anggota lain yang lahil dan berusaha menekanku, Bang John lah yang membantu.
“Tugas ini tugas sosial, mulia dan manusiawi. Kita jalani tugas ini dengan hati yang ikhlas dan tulus. Abang yakin kamu mampu!” tekan John.
Aku memang sosok wanita yang keras kepala. Sejak kecil aku hobby akan tantangan. Tamat SD Negeri 2 Pasaranyar, aku langsung naik Gunung Rinjani dan tinggal selama seminggu di gunung berketinggian 3726 m dpl itu. Kelas dua SMP, aku berhasil naik gunung tertinggi di New Zeland Oceniao, Mount Cook. Ayahku yang berdarah Batak dan ibuku berdarah Pakistan, tak bisa berbuat apa-apa terhadap aku. “Pusing kepalaku mikir anakku satu itu. Sekarang aku lepas dia, mau apa kek, itu tanggungjawabnya sendiri. Capek otakku memikirkan dia!” kata Papa pada Om Sardi, pamanku. Makin dicegah, makin penasaran, itulah pribadiku. Otakku digenuki oleh banyak impian. Dan impian itu semuanya aneh, keras dan muskil. Pernah pula aku melarikan diri dari orang tuaku di Jakarta dan berdiam diri di Pulau Petir, Nusa Tenggara Timur. Di pulau itu aku membantu paman, Tulang Ongkon Simangunsong bertani. Maka itu bentuk tubuhku, begitu tamat SMA, persis laki-laki. Jangkung hitam, kasar dan kelaki-lakian. Padahal secara biologis, aku adalah wanita normal.
“Aku bukan lesbian dan aku masih senang sama laki-laki!” kataku, saat teman-teman cewek yang doyan ngegosip di kampus menyindirku. Di kampus memang banyak teman-teman yang iseng. Ada beberapa orang yang syirik dan dengki pada aktifitasku di luar kampus. hingga berusaha membuat batinku sakit. Tapi aku cukup tenang menghadapi serangan itu. Pikirku, selagi aku bisa membela diri dengan mulut, cukuplah kubela dirinya melalui kata-kata.
Jika sudah tidak bisa dengan kata-kata, aku sudah nekad, mereka akan kuhajar dengan bogem mentah. Tinjuku yang akan bicara.
Tanggal 23 Maret 2001, pukul 23.00, tim yang terdiri dari 10 orang itu berangkat dari Batunampa, Lombok. Kapal Benz Grig yang kami tumpangi melesat cepat melewati Selat Elkas lalu keluar Tanjung Awingi menuju Samudra Hindia. Udara malam itu cukup dingin. Angin bertiup ke utara dari barat daya dengan kecepatan rata-rata 49 km perjam. Sedang kapal dipacu dengan speed 150 km per-jam dengan lampu strobo kiri atas dan lampu dimso di kiri bawah.
“Arahkan spotlight ke 1 km ke depan!” pinta John pada penyetir Jumali Abror, penyetir Benz Grig yang bertonase dua ton itu.
Jumali mengikuti perintah komandan operasi John Haroni dan lampu pun terang benderang ke arah laut lepas. Pukul 06 pagi, kami sudah sampai di tengah laut Samera Hindia. Jarak yang ditempuh tidak terasa sudah 2400 mil laut dari Pulau Lombok. Di tengah laut lepas, matahari mencorong indah dari timur. Sinarnya merah emas dengan biasa yang menjilat-jilat ke permukaan laut. Gelombang yang sejak tengah malam besar sampai 3 meter ke 6 meter. Benz terombang-ambing dan isi perut penumpang dikocok habis hingga ke 10 anggota tim muntah-muntah. Tapi Syahdan, ternyata Jumali sangat mahir menyetir kapal. Maka di dalam suasana apapun dan bagaimanapun, dia tetap tenang dan arah kapal tetap fokus ke depan. wilayah delta pros, lintang selatan 12 derajat lebih.
“Kalau sampai terbalik, saya akan berhenti selamanya sebagai nahkoda dan pelaut” teriak Jumali, bercanda.
Dalam suasana tegangpun, Jumali tetap tenang. Bahkan dia masih sempat bergurau kepada anggota tim. Sesuai dengan matematik parameter dan kompas yang ada, lokasi tenggelamnya kapal berbendera Prancis itu pun kami temukan pada pukul 08.00 WSTP. Ada beberapa pintu kapal yang mengapung dan beberapa koper dan tas penumpang yang mengambang. Dari bujur timur terlihat satu onggokan perahu karet yang berpenumpang tiga orang. Mereka adalah korban tenggelamnya kapal Perancis itu. Mereka melambaikan tangan minta pertolongan, SOS. Dua anak kecil dan satu ibu-ibu. Mereka segera kami selamatkan dan dinaikkan ke Benz bagian belakang. Tiga menit kemudian, kami temukan pria muda dan seorang wanita remaja mengembang di atas papan pelgir dan kami mengangkutnya ke Benz. Dari arah Australia, tiga helikopter milik negeri kangguru ke arah kami. Tiga heli itu membawa misi yang sama dengan kami dari Indonesia, yaitu menyelamatkan Warga Prancis yang terkena musibah laut itu.
Tiga heli segera menurunkan tali dan melakukan koordinasi dengan kami. Dengan bahasa Inggris dan sandi khas, John dapat berkomunikasi secara baik dengan tiga pilot dan tiga anggota SAR yang ada di dalam heli. Korban yang kami selamatkan diminta oleh komandan heli untuk dievakuasi ke Australia. Mereka telah menyediakan tempat yang besar di hel Superpuma. “Pokoknya semua yang berhasil diselamatkan, baik yang hidup ataupun yang sudah mati, masuk ke tiga heli kami!” perintah sang komandan.
Pukul 11.30, John memerintahkan kami menyelam. Dengan peralatan diving komplit empat orang terjun ke dasar laut. Kami mencari kemungkinan ada yang tenggelam dan dapat diavakuasi. Benar saja, di dasar laut Samudra Hindia sebut saja Delta Keylock, ada kapal Zenden Qielle yang nyangsang di karang raja. Kapal itu terbenam separuh di dalam perut laut.
Kami masuk ke dalam perut kapal yang rongsok itu. Sepuluh korban yang sudah meninggal berhasil kami angkat ke permukaan dan dimasukkan ke dalam tiga helikopter Australia itu. Sementera tim penyelamat lain, dari angkatan lalut Selandia Baru juga berhasil mengangkat puluhan korban. Maka dari 46 orang korban yang tenggelam dari Zenden Qielle, dapat terangkat dan berhasil dievakuasi ke daratan Australia.
Tanggal 25 Maret penyelamatan dihentikan. Dari radio satelit Kolonel Simson Simatupang memerintahkan kami kembali ke Lombok. John mengulurkan tangan dan memeluk anggota tim atas kesuksesan itu. Kapal Benz segera diarahkan Jumali ke Utara menuju Indonesia.
Pukul 21.45, kami dikagetkan oleh sebuah pemandangan aneh. Di samping kiri kapal terlihat sebuah pulau yang terang benderang. Padahal di dalam peta tidak ada pulau berpenghuni di tengah Samudera kecuali Chrismas Island milik Amerika Serikat di Celah Indonesia-Australia. John memerintahkan Jumali untuk bersandar.
Kami pun sandar dan turun memasuki pulau itu. Di dalam pulau terdapat beberapa bangunan indah. Bangunan itu terbuat dari marmer asli dengan ornamen intan berlian. Lampu kristal aneka warna keraja menghiasi satu bangunan yang mirip sebuah istana kerajaan dongeng.
anggita tim menyebutnya sebagai istana Nabi Sulaman. Istana gaib Ratu Balqis di dalam cerita agamawi. Kami masuk kedalam kemewahan istana itu. Tapi anehnya, tak ada satupun manusia yang menyambut. Karena kenyamanan pulau itu, kami anggota tim tertidur. Begitu juga dengan Jumali sang nahkoda.
Pukul 05.30 pagi kami tersentak. Kapal Benz mengapung meninggalkan kami yang mengambang di permukaan Iaut yang bergelombang. Kami hanyut cukup jauh dari kapal. Sementara kerajaan indah dan terang benderang itu ternyata tidak ada. Beberapa menit kemudian, sadarlah kami, bahwa kami masuk kedalam istana jin Samudra Hindia.
Pulau indah itu, bukanlah pulau sungguhan, tapi pulau siluman yang ditakuti oleh jutaan pelaut di dunia. Pengalaman itu adalah kisah paling menegangkan diriku sebagai anggota tim SAR.
Mudah mudahan tidak terulang lagi sampai kapanpun. ○KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: dukun.asia
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)